News
New Entry
02.16.2018
Wawancara Alumni (inbound 2015: Universitas Gadjah Mada)
Faris Rachmadyo Nugroho adalah mahasiswa program AIMS tahun 2015 pada semester musim semi, di mana ia belajar di Fakultas Ilmu Kebijakan. Ia lulus dari jurusan Akuntansi, Universitas Gadjah Mada dan kini bekerja sebagai akuntan publik di Jakarta.
Kenapa memilih Universitas Ritsumeikan?
Menurut saya Ritsumeikan bagus karena saat saya cari lewat internet, Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel juga pernah kuliah di Jepang. Setelah saya cari informasi lagi, ternyata Ritsumeikan termasuk universitas swasta yang bagus di Jepang.
Bisa menceritakan lebih jauh tentang kelas PBL di Ritsumeikan?
Menurut saya unik, karena banyak pembelajaran yang bisa diambil. Kami belajar budaya, belajar bersosialisasi, apa yang perlu diperhatikan di masyarakat, supaya bisa hidup dalam harmoni. Ada game simulation, misalnya kita selamat dari kecelakaan pesawat lalu harus bertahan hidup dengan peralatan tertentu. Simulasi ini merupakan representasi kehidupan nyata, misalnya apa yang kita butuhkan untuk berguna bagi orang lain dan sebagainya.
Bisakah memberi tahu kami tentang mata kuliah yang Anda ambil dan apa yang dipelajari?
Saya belajar Gaming Simulation Method, International PBL Seminar, International Business, International Industry, International Accounting, International Strategic Management, dan Constitutional Law.
Apakah Anda terlibat dalam kegiatan lain di luar kelas akademik?
Ada TISA, seperti buddy system, saya bisa mengenal banyak orang dan diperkenalkan pada beberapa ekstra kurikuler. Saya join klub tenis dan ikut acara bersama mahasiswa internasional.
Apa yang Anda sukai dari Jepang, terutama Osaka? Ada pengalaman menarik?
Makanannya! Kalau di Indonesia makanan Jepang mahal, tapi kalau di Jepang murah. Rasanya autentik, misalnya wasabinya pedas, ada natto, dll. Menurut saya Osaka itu seperti Surabaya-nya Jepang, kota terbesar kedua di Jepang. Ada banyak gedung tinggi dan modern. Orang-orangnya lebih terbuka, mau mengajak bicara, walau terlihat sibuk, tapi tetap sopan dan mau bergaul.
Apa yang Anda sukai selama di Ritsumeikan dan apa yang membantu Anda menentukan langkah di masa depan?
Saya bertemu banyak orang dari Amerika, Perancis, New Zealand, China, dan lain-lain. Saya bisa belajar untuk menjadi mayarakat global. Tahu apa yang perlu diperhatikan saat berhadapan dengan orang asing. Ada kunjungan ke perusahaan-perusahaan yang menambah pengalaman. Dosennya berkompeten. Dosen International Industry banyak memberi petuah untuk bisa bekerja dengan baik, professional, dan bisa membangun koneksi.
Bagaimana dampak studi di Ritsumeikan dengan aktivitasmu sekarang?
Saya jadi lebih percaya diri. Bertemu banyak orang, bertukar pengetahuan, menyadari apa yang kita punya bisa dikembangkan lagi. Dulu saat kuliah saya tertutup, setelah dari Ritsumeikan jadi lebih terbuka dan berani, karena ada banyak presentasi di kelas dengan Bahasa Inggris, jadi kemampuan Bahasa Inggris juga terasah. Saya jadi lebih mengenal diri sendiri dan lebih sadar dengan lingkungan sekitar / lingkungan global.
Adakah nasihat untuk para peserta PBL baru atau yang berminat ikut semester depan?
Persiapkan Bahasa Inggris, supaya bisa bergaul dengan mahasiswa asing lainnya. Jadilah terbuka, jangan takut berbaur dengan orang-orang yang berbeda dari kita, jangan takut memulai pembicaraan. Manfaatkan buddy system supaya tahu banyak informasi tentang kampus, fasilitas, ekstra kurikuler, dan dosen. Jangan takut traveling, kalau ada dana dan waktu, saatnya traveling.
12.13.2017
Wawancara Alumni (inbound 2015: Universitas Indonesia)
Devi Risca adalah mahasiswa program AIMS tahun 2015 pada semester musim semi, di mana ia belajar di Fakultas Hubungan Internasional. Ia lulus dari jurusan Sastra Inggris, Universitas Indonesia tahun 2016 dan kini bekerja di sebuah perusahaan rintisan di Jakarta.
Dapatkah kamu menceritakan lebih jauh tentang kelas PBL di Ritsumeikan?
Kelas yang saya ambil bernama Simulasi Global, kelas yang sangat menarik. Kami diberikan studi kasus berupa penduduk asli di suatu wilayah yang terkena dampak perubahan teknologi di lingkungan hidupnya. Kami bermain peran sebagai anggota LSM yang membela mereka. Kami berlatih berdebat, saling melobi, bahkan berdemonstrasi. Pada akhir semester, kami dikumpulkan di satu aula besar bersama mahasiswa dari kelas lain. Tiap kelas memiliki tugas perannya masing-masing. Kami harus berjalan mengelilingi aula, menghampiri meja tiap kelas untuk meyakinkan mereka agar mau mendukung kepentingan kami, sesuai dengan peran yang kami jalani. Sebagian besar mahasiswa baru saya temui hari itu, tapi saya harus langsung berani mendebat mereka. Sangat menantang dan seru!
Apakah kamu terlibat dalam kegiatan lain di luar kelas akademik?
Saya bergabung dengan dua klub: klub fotografi dan klub tari. Di klub fotografi, saya adalah satu-satunya orang asing tapi mereka menyambut saya dengan baik. Mereka sering menerjemahkan catatan dan pembicaraan ke dalam bahasa Inggris untuk saya. Kami pernah berburu foto di seputar Kyoto dan Nara. Kalau ada waktu kosong saya juga senang jalan-jalan keliling kota bersama teman baik saya dari Thailand.
Apa yang kamu sukai dari Jepang, terutama Kyoto? Ada pengalaman menarik?
Saya suka banget, saya kangen dengan suasana kota Kyoto. Kotanya amat bersih dan aman. Saya sering tersesat di jalan, sendirian malam-malam tapi saya tidak merasa takut. Keramahan orang-orangnya juga luar biasa. Pernah di musim panas, saya sedang berdiri di halte bus ketika tiba-tiba seorang wanita memayungi saya. Pernah juga saya bertanya arah jalan, lalu malah ditemani ke tujuan. Pengurus apartemen yang saya tinggali meminjamkan saya jaket tebal dan bahkan memberi saya sepatu bot karet. Saya juga menjalani puasa Ramadhan dan Idul Fitri di Kyoto.
Bagaimana dampak studi di Ritsumeikan dengan aktivitasmu sekarang?
Sebelum datang ke Jepang, saya adalah mahasiswa yang lebih banyak diam di kelas, dan tidak terlalu aktif. Di Ritsumeikan, kami didorong untuk berbicara. Tiap sesi disuksi selalu intens dan hidup, terutama di kelas-kelas kecil. Mahasiswanya sangat semangat dan antusias karena semua orang harus memberikan opini, dan para dosen akan mendengar dengan seksama dan menghargai pendapat kami. Sekarang sayapun jadi lebih percaya diri dalam berbicara dan mengekspresikan pemikiran saya.
Saya juga mendapat teman baru dari beragam negara: Thailand, Malaysia, Mesir, Amerika, dan tentu saja Jepang. Ketika mahasiswa AIMS dari Jepang datang ke Indonesia, kami bertemu lalu jalan ke tempat-tempat wisata di Jakarta dan Yogyakarta. Menyenangkan sekali!
Tadinya saya tidak berencana melanjutkan studi selepas sarjana, tetapi kini saya termotivasi untuk mengejar gelar master. Saya selalu mengikuti berita tentang Jepang dan Indonesia untuk mencari inspirasi topik riset selanjutnya. Semoga saya bisa kembali ke Jepang!
Adakah nasihat untuk para peserta AIMS baru atau yang berminat ikut semester depan?
Saya sangat beruntung dan bersyukur bisa mendapatkan pengalaman ini. Manfaatkan waktu di Jepang sebaik-baiknya, berteman sebanyak-banyaknya tidak hanya dengan sesama orang asing tapi juga dengan orang Jepang. Berpartisipasi dalam kegiatan di luar kelas, jangan takut ikut klub hanya karena tidak bisa bahasa Jepang. Bawa suvenir dari negara asal kamu.
08.05.2017
Upacara Perpisahan Mahasiswa AIMS 2017
Pada hari Kamis tanggal 6 Juli dan Kamis tanggal 13 Juli, diadakan upacara perpisahan dengan 26 mahasiswa AIMS dari Thailand dan Indonesia yang belajar di Ritsumeikan pada musim semi 2017. Ada sekitar 40 peserta yang menghadiri acara ini, termasuk mahasiswa Jepang yang akan segera belajar ke Thailand dan Indonesia, mentor apartemen, juga staf pengajar.
Upacara di Kampus Ibaraki Osaka dimulai dengan sambutan dari Profesor Yusuke Toyoda dari Fakultas Ilmu Kebijakan (College of Policy Science), dilanjutkan penyerahan sertifikat kepada setiap mahasiswa. Selanjutnya, perwakilan mahasiswa AIMS memberikan pidato singkat mengenai apa yang telah dipelajari dan didapatkannya di Ritsumeikan sambil mengenang berbagai pengalaman, serta menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan yang didapatkannya selama belajar di Ritsumeikan. Para mahasiswa juga menampilkan permainan gitar dan biola.
Upacara di Kampus Kinugasa dimulai dengan ucapan selamat dari Profesor Ryoji Nakagawa dari Fakultas Hubungan Internasional (College of International Relations), dilanjutkan penyerahan sertifikat kepada setiap mahasiswa internasional. Perwakilan mahasiswa AIMS memberikan pidato singkat dengan campuran Bahasa Jepang mengenai hal-hal yang diketahui dan dipelajarinya selama mengikuti program ini serta banyaknya kenangan yang tak terlupakan.
Setelah upacara perpisahan selesai, dilanjutkan dengan acara pertemuan di mana mereka bisa menikmati saat-saat terakhir bersama rekan-rekannya sebelum pulang ke negara masing-masing.
Pada musim gugur 2017, 24 mahasiswa dari Ritsumeikan akan belajar ke Thailand dan Indonesia. Semoga ilmu dan koneksi yang mereka dapatkan bersama mahasiswa Thailand dan Indonesia bisa menjadi bekal untuk belajar di Thailand dan Indonesia kelak.
04.13.2017
Selamat Datang Mahasiswa Baru AIMS 2017!
Pada tanggal 13-15 Maret dan 22-23 Maret, 26 mahasiswa pertukaran dari Thailand dan Indonesia yang akan memulai perkuliahan pada semester baru di musim semi tahun 2017 telah tiba di Jepang. Pada minggu berikutnya, mereka mengikuti orientasi bagi mahasiswa internasional baru untuk mendapatkan informasi mengenai kehidupan di Jepang dan perkuliahan di Ritsumeikan. Mereka juga mengikuti pelatihan cara mengambil studi di fakultas pilihan masing-masing dan cara belajar melalui program PBL. Setelah itu, mereka juga bertukar cerita dengan mahasiswa lokal Ritsumeikan yang akan memulai atau telah selesai belajar di Thailand dan Indonesia.
Semoga 26 mahasiswa ini selalu sehat dan mendapatkan pengalaman berharga selama belajar di Jepang.
08.02.2016
Seminar PBM Internasional Diadakan
Seminar PBM (pembelajaran berbasis masalah/proyek) internasional tahun 2016, seperti tahun-tahun sebelumnya, diikuti oleh peserta dari tiga negara: Jepang, Indonesia, dan Thailand. Pada tahun ini ada delapan mahasiswa dari Indonesia (dari Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia), dua kali lipat lebih banyak dibanding tahun lalu. Ditambah mahasiswa dari Universitas Thammasat dan Universitas Ritsumeikan, kelas PBM tahun ini diikuti oleh 18 mahasiswa, membuat diskusi dan presentasi di di kelas semakin hidup.
Setelah perkuliahan dan presentasi kelompok, di akhir semester para mahasiswa melakukan survei lapangan di salah satu komunitas tertua di Kyoto yaitu Kiyamachi dan Ponto-cho. Berlokasi di jantung kota Kyoto, kedua tempat tersebut adalah daerah budaya dan komersial sejak awal zaman Edo. Tema survei yang diangkat adalah bagaimana komunitas di Ponto-cho menjaga lingkungannya dan juga memecahkan masalah-masalah yang muncul di tengah perubahan sosial dan ekonomi. Kami merasa terhormat kedatangan dosen tamu dari Forum Perencanaan Kota Ponto-cho yang memberikan pengetahuan dan wawasan tentang komunitas, lalu dilanjutkan dengan tur di area tersebut dan wawancara untuk survei. Di akhir perjalanan, berkat kerja sama tim yang handal dan keterampilan media, para mahasiswa menampilkan hasil survei dalam 15 menit klip video yang berwarna-warni.
04.08.2016
Selamat datang 23 mahasiswa baru AIMS!
Pada tanggal 16-18 Maret 2016, 23 mahasiswa pertukaran dari Thailand dan Indonesia telah tiba di Jepang. Mereka akan memulai perkuliahan pada semester musim semi tahun 2016. Pada minggu berikutnya, mereka mengikuti orientasi untuk mahasiswa baru internasional dan menerima informasi terkait kehidupan di Jepang dan tentang bagaimana belajar di RU. Dalam kesempatan itu, mereka juga bertukar cerita dengan mahasiswa lokal RU yang akan memulai atau telah selesai belajar di Thailand dan Indonesia.
Dua puluh tiga mahasiswa yang berasal dari empat institusi rekanan AIMS itu bergabung dengan Fakultas Hubungan Internasional dan Fakultas Ilmu Kebijakan Publik, dan akan belajar bersama mahasiswa lokal serta mahasiswa internasional lainnya.