News
Wawancara Alumni (inbound 2015: Universitas Indonesia)
Devi Risca adalah mahasiswa program AIMS tahun 2015 pada semester musim semi, di mana ia belajar di Fakultas Hubungan Internasional. Ia lulus dari jurusan Sastra Inggris, Universitas Indonesia tahun 2016 dan kini bekerja di sebuah perusahaan rintisan di Jakarta.
Dapatkah kamu menceritakan lebih jauh tentang kelas PBL di Ritsumeikan?
Kelas yang saya ambil bernama Simulasi Global, kelas yang sangat menarik. Kami diberikan studi kasus berupa penduduk asli di suatu wilayah yang terkena dampak perubahan teknologi di lingkungan hidupnya. Kami bermain peran sebagai anggota LSM yang membela mereka. Kami berlatih berdebat, saling melobi, bahkan berdemonstrasi. Pada akhir semester, kami dikumpulkan di satu aula besar bersama mahasiswa dari kelas lain. Tiap kelas memiliki tugas perannya masing-masing. Kami harus berjalan mengelilingi aula, menghampiri meja tiap kelas untuk meyakinkan mereka agar mau mendukung kepentingan kami, sesuai dengan peran yang kami jalani. Sebagian besar mahasiswa baru saya temui hari itu, tapi saya harus langsung berani mendebat mereka. Sangat menantang dan seru!
Apakah kamu terlibat dalam kegiatan lain di luar kelas akademik?
Saya bergabung dengan dua klub: klub fotografi dan klub tari. Di klub fotografi, saya adalah satu-satunya orang asing tapi mereka menyambut saya dengan baik. Mereka sering menerjemahkan catatan dan pembicaraan ke dalam bahasa Inggris untuk saya. Kami pernah berburu foto di seputar Kyoto dan Nara. Kalau ada waktu kosong saya juga senang jalan-jalan keliling kota bersama teman baik saya dari Thailand.
Apa yang kamu sukai dari Jepang, terutama Kyoto? Ada pengalaman menarik?
Saya suka banget, saya kangen dengan suasana kota Kyoto. Kotanya amat bersih dan aman. Saya sering tersesat di jalan, sendirian malam-malam tapi saya tidak merasa takut. Keramahan orang-orangnya juga luar biasa. Pernah di musim panas, saya sedang berdiri di halte bus ketika tiba-tiba seorang wanita memayungi saya. Pernah juga saya bertanya arah jalan, lalu malah ditemani ke tujuan. Pengurus apartemen yang saya tinggali meminjamkan saya jaket tebal dan bahkan memberi saya sepatu bot karet. Saya juga menjalani puasa Ramadhan dan Idul Fitri di Kyoto.
Bagaimana dampak studi di Ritsumeikan dengan aktivitasmu sekarang?
Sebelum datang ke Jepang, saya adalah mahasiswa yang lebih banyak diam di kelas, dan tidak terlalu aktif. Di Ritsumeikan, kami didorong untuk berbicara. Tiap sesi disuksi selalu intens dan hidup, terutama di kelas-kelas kecil. Mahasiswanya sangat semangat dan antusias karena semua orang harus memberikan opini, dan para dosen akan mendengar dengan seksama dan menghargai pendapat kami. Sekarang sayapun jadi lebih percaya diri dalam berbicara dan mengekspresikan pemikiran saya.
Saya juga mendapat teman baru dari beragam negara: Thailand, Malaysia, Mesir, Amerika, dan tentu saja Jepang. Ketika mahasiswa AIMS dari Jepang datang ke Indonesia, kami bertemu lalu jalan ke tempat-tempat wisata di Jakarta dan Yogyakarta. Menyenangkan sekali!
Tadinya saya tidak berencana melanjutkan studi selepas sarjana, tetapi kini saya termotivasi untuk mengejar gelar master. Saya selalu mengikuti berita tentang Jepang dan Indonesia untuk mencari inspirasi topik riset selanjutnya. Semoga saya bisa kembali ke Jepang!
Adakah nasihat untuk para peserta AIMS baru atau yang berminat ikut semester depan?
Saya sangat beruntung dan bersyukur bisa mendapatkan pengalaman ini. Manfaatkan waktu di Jepang sebaik-baiknya, berteman sebanyak-banyaknya tidak hanya dengan sesama orang asing tapi juga dengan orang Jepang. Berpartisipasi dalam kegiatan di luar kelas, jangan takut ikut klub hanya karena tidak bisa bahasa Jepang. Bawa suvenir dari negara asal kamu.